Selasa, 21 Mei 2013

Lima Metode Pembelajaran


Guru dapat menggunakan beberapa cara dalam mengajar, yang dikenal dengan metode pembelajaran. Berikut rangkuman 5 metode pembelajaran yang ditulis oleh Yokhebed Fransisca yang didapat dan diunduh di slideshare.

1. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

Model Pembelajaran Scramble tampak seperti model pembelajaran word square, bedanya jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi jawaban sudah dituliskan, namun dengan susunan yang acak, jadi siswa bertugas mengoreksi (membolak-balik huruf) jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat/benar. Scramble merupakan suatu metode mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada.


2. Model Pembelajaran Time Token

Salah satu pendekatan struktural dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan meningkatkan perolehan hasil akademik adalah pembelajaran kooperatif Time Token. Tipe pembelajaran ini dimaksudkan sebagai alternatif untuk mengajarakan keterampilan sosial yang bertujuan untuk menghindari siswa mendominasi atau siswa diam sama sekali dan menghendaki siswa saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada individu. Time Token merupakan tipe dari pendekatan structural dari beberapa model pembelajaran kooperatif, untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
  • Langkah-langkah metode pembelajaran Time Token sebagai berikut :
  • Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
  • Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL).
  • Tiap siswa diberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.
  • Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya.
  • Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.
  • Demikian seterusnya.


3. Model Pembelajaran Reciprocal Learning

Model pembelajaran Reciprocal adalah suatu bentuk pembelajaran yang aktif. Pembelajaran ini melibatkan komunikasi antara pembelajar dan pembelajar berdasarkan segmen teks yang dibaca dan ini bisa dilakukan dalam kelompok besar atau kecil, tanpa batasan.

Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru untuk dapat melaksanakan metode Reciprocal Learning adalah sebagai berikut:
  • Siswa mempelajari materi yang ditugaskan guru secara mandiri, selanjutnya merangkum/meringkas materi tersebut.
  • Siswa membuat pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang diringkasnya. Dengan pertanyaan ini diharapkan mampu mengungkap penguasaan atas materi yang bersangkutan.
  • Siswa mampu menjelaskan kembali isi materi tersebut kepada pihak lain.
  • Siswa dapat memprediksi kemungkinan pengembangan materi yang dipelajarinya saat itu.


4. Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS)

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model TSTS. “Dua tinggal dua tamu” yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Struktur TSTS yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Dalam model pembelajaran ini siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa.

Dengan demikian, pada dasarnya kembali pada hakekat keterampilan berbahasa yang menjadi satu kesatuan yaitu membaca, berbicara, menulis dan menyimak. Ketika siswa menjelaskan materi yang dibahas oleh kelompoknya, maka tentu siswa yang berkunjung tersebut melakukan kegiatan menyimak atas apa yang dijelaskan oleh temannya. Materi kepada teman lain. Demikian juga ketika siswa kembali ke kelompoknya untuk menjelaskan materi apa yang didapat dari kelompok yang dikunjungi. Siswa yang kembali tersebut menjelaskan materi yang didapat dari kelompok lain, siswa yang bertugas menjaga rumah menyimak hal yang dijelaskan oleh temannya.

Ciri-ciri model pembelajaran TSTS, yaitu:
  • Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
  • Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
  • Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
  • Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu


5. Model Pembelajaran Improve

Improve singkatan dari Introducing new concept, Metakognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulty, Obtaining mastery, Verivication, Enrichment.
Langkah-langkah model pembelajaran IMPROVE adalah sebagai berikut:
  • Memperkenalkan konsep baru (Introduction new concept). Pengenalan konsep baru berorentasi pada pengetahuan awal siswa. Dalam mengenalkan konsep baru siswa difasilitasi dengan LKS I dengan pemberian pertanyaan metakognisi. Siswa menyelesaikan LKS I dengan kelompok heterogen. Pada waktu proses belajar, siswa mengalami kesulitan dalam menjelaskan pertanyaan metakognisi di LKS I, sehingga peneliti mengarahkan agar siswa memahami pertanyaan metakognisi.
  • Latihan yang disertai dengan pertanyaan metakognisi (Metakognitive questioning, Practicing). Pada tahap ini siswa menyelesaikan latihan soal di LKS II dengan bantuan pertanyaan metakognisi. Siswa menyelesaikan LKS II dengan kelompok heterogen. Pada waktu proses latihan soal siswa mengalami kesulitan dalam menjelaskan pertanyaan metakognisi di LKS II, sehingga peneliti mengarahkan agar siswa memahami pertanyaan metakognisi.
  • Tinjauan ulang, mengurangi kesulitan dan perolehan pengetahuan (Review and Reducing Difficulties, Obtaining Mastery). Pada tahap ini dilakukan tinjauan ulang jawaban yang dibuat oleh siswa, serta kekuatan dan kelemahan yang ditunjukkan kinerja siswa dalam kerjasama kelompok. Pada tahap ini sudah tampak bahwa rata-rata siswa memahami konsep dalil pythagoras.
  • Verifikasi (Verification). Verifikasi dilakukan untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang dikategorikan sudah mencapai kriteria keahlian dan yang belum mencapai kriteria keahlian. Identifikasi pencapaian hasil dijadikan umpan balik. Hasil umpan balik dipakai sebagai bahan orientasi pemberian kegiatan pengayaan dan kegiatan perbaikan tahap berikutnya.
  • Pengayaan (Enrichment). Pada tahap pengayaan mencakup dua jenis kegiatan yaitu kegiatan perbaikan dan kegiatan pengayaan. Kegiatan perbaikan diberikan kepada siswa yang teridentifikasi belum mencapai kriteria keahlian, dan kegiatan pengayaan diberikan kepada siswa yang sudah mencapai kriteria keahlian.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar