Jumat, 06 Maret 2015

We Are One

Hari ini kami belajar bahasa kiasan. Semua mengalir dalam obrolan khas kelas 4, panjang dan bercabang. Sampailah kami pada sebuah frase "anak semata wayang", "jumlah mata wayang ada berapa?" tanya saya. "dua" kata seorang anak, Pras, ia cukup lantang dalam menjawab setiap pertanyaan lisan walaupun jawabannya belum tentu benar. "yakin?" tanya saya sambil menunjukkan gambar wayang. "satuuu" kali ini dijawab serempak. "berarti anak satu-satunya dong, bu" simpulan Pras. "iya, contohnya Zedi" saya mengiyakan. "kalau aku anak bungsu" lanjutnya. "nah, Athaya anak sulung" saya menimpali. "berarti kelas 4 lengkap dong, bu" kesimpulan Athaya. Ya, kami memang selalu mencari perbedaan, atau keunikan tiap anak, untuk kemudian menanamkan pada mereka bahwa kelas ini adalah tim. Seperti organ tubuh dimana tiap organ memiliki fungsi masing masing dan membutuhkan organ lainnya untuk bersinergi.
Kelas 4 terdiri dari 3 orang. Ketiganya memiliki keunikan tersendiri. Inilah yang kami sadari dan terus kami percaya. Bahkan jika seorang anak lemah pada suatu kemampuan kami tetap melihatnya dari kekuatannya, misal tidak pandai menggunting tapi kan jago menghitung, suka ngeyel tapi menyimak dengan baik, kurang percaya diri tapi kreativitas dan imajinasinya luar biasa. Tinggal siswa lain yang melengkapi kekurangan siswa lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar